LUKA BANGSA
Kalau kau mau, mampirlah ke rumahku
Kita akan ngobrol-ngobrol sambil minum kopi
Akan kuceritakan pula padamu
Keadaan bangsaku yang belum pernah kamu tau
Bagaimana kami memecahkan masalah keluarga
Yang kerap kali menggangu jiwa
Bahkan masalah negri yang sering berbaur dengan masalah rumah tangga
Tak perlu kau ragu kawan
Silahkan pilih menu yang telah tersedia
Tapi tak perlu kau tau
Bahwa kusediakan semuanya dari tetesan airmata
Dan sisa luka dizaman belanda
Silahkan pilih sesuka hati
Mau sop kepala anak TK, mie kuah air mata perawan desa
Yang kehilngan cita-cita, atau mungkin engkau mau kopi susu saja
Tapi yang masih hangat, sehangat kasus ariel Dan luna maya
Bagaimana kawan,
Apa ada menu yang menggugah selera?
SEBAB KAMI LIHAT
Purnama malam ini tetap sama, bunda
Merah seperti menahan marah
Pun gemintang tetap saja tak ramah
Seperti jumrah yang sudah kami lempar serupa panah
Bunda,
Jelas kami ingat benar matamu sempurna
Menahan cinta yang terpendam di dada palestina
Aku ingin binar itu
Meski sudah redup sebab peluru di jantungmu
Entah kenistaan apa yang ku kandung, bunda
Sampai telah kami bercengkrama
Tentang mereka yang tangannya latah
Tentang mereka yang hatinya kuasa berpesta pora
Dengan darah
Sekali lagi, bunda
Darah yang terkucur dari tubuhmu tetaplah darah dalam tubuh kami
Meski sempat lelah sebab duka yang sama
Palistina, tetap menempa gejolak melawan mereka
Tuhan tidak pernah buta kan bunda
Meski ini duka yang sama
Doa kami tertap terpanjat, Saling terhubung seperti kotak segi empat
Dan kami lihat,
Doa-doa kami menyelubungi palestina sampai ke liang lahat
BAYANGMU TEMARAM DI SUDUT KAMAR
Sudahi saja malam temaram ini
Kita sama-sama tua dalam perantauan
Hutan belukar yang terbakar
Bayi-bayi ikan yang terkapar
Sungi ini makin dewasa arusnya
Dan tangis-tangis dedaun buktinya
Aku takan lari kemana
Mengejar bayangmu aku kini tersesat
Jangan tertawakan embun yang menguap di bibirku yang kering
Sebab angin malam enggan bertegur sapa pada waktu
Biar kita sama pergi sama menghilang
Dan usai musim penghujan
Kita sama-sama bertanam di ladangmu yang basah
Prenduan, 13 juni 2010
Kalau kau mau, mampirlah ke rumahku
Kita akan ngobrol-ngobrol sambil minum kopi
Akan kuceritakan pula padamu
Keadaan bangsaku yang belum pernah kamu tau
Bagaimana kami memecahkan masalah keluarga
Yang kerap kali menggangu jiwa
Bahkan masalah negri yang sering berbaur dengan masalah rumah tangga
Tak perlu kau ragu kawan
Silahkan pilih menu yang telah tersedia
Tapi tak perlu kau tau
Bahwa kusediakan semuanya dari tetesan airmata
Dan sisa luka dizaman belanda
Silahkan pilih sesuka hati
Mau sop kepala anak TK, mie kuah air mata perawan desa
Yang kehilngan cita-cita, atau mungkin engkau mau kopi susu saja
Tapi yang masih hangat, sehangat kasus ariel Dan luna maya
Bagaimana kawan,
Apa ada menu yang menggugah selera?
SEBAB KAMI LIHAT
Purnama malam ini tetap sama, bunda
Merah seperti menahan marah
Pun gemintang tetap saja tak ramah
Seperti jumrah yang sudah kami lempar serupa panah
Bunda,
Jelas kami ingat benar matamu sempurna
Menahan cinta yang terpendam di dada palestina
Aku ingin binar itu
Meski sudah redup sebab peluru di jantungmu
Entah kenistaan apa yang ku kandung, bunda
Sampai telah kami bercengkrama
Tentang mereka yang tangannya latah
Tentang mereka yang hatinya kuasa berpesta pora
Dengan darah
Sekali lagi, bunda
Darah yang terkucur dari tubuhmu tetaplah darah dalam tubuh kami
Meski sempat lelah sebab duka yang sama
Palistina, tetap menempa gejolak melawan mereka
Tuhan tidak pernah buta kan bunda
Meski ini duka yang sama
Doa kami tertap terpanjat, Saling terhubung seperti kotak segi empat
Dan kami lihat,
Doa-doa kami menyelubungi palestina sampai ke liang lahat
BAYANGMU TEMARAM DI SUDUT KAMAR
Sudahi saja malam temaram ini
Kita sama-sama tua dalam perantauan
Hutan belukar yang terbakar
Bayi-bayi ikan yang terkapar
Sungi ini makin dewasa arusnya
Dan tangis-tangis dedaun buktinya
Aku takan lari kemana
Mengejar bayangmu aku kini tersesat
Jangan tertawakan embun yang menguap di bibirku yang kering
Sebab angin malam enggan bertegur sapa pada waktu
Biar kita sama pergi sama menghilang
Dan usai musim penghujan
Kita sama-sama bertanam di ladangmu yang basah
Prenduan, 13 juni 2010
0 komentar:
Posting Komentar