Ensiklopedi: KEWAJIBAN METAATI DAN MEMATUHI PEMIMPIN
Info penerimaan mahasiswa baru IDIA Prenduan tahun akademik 2010-2011 silahkan klik di sini

KEWAJIBAN METAATI DAN MEMATUHI PEMIMPIN

Senin, 04 Oktober 2010

Kirim ini ke Facebook Anda..

www.tips-fb.com

Oleh : Imron Rosyadi*
Beralih dari masa-kemasa munculnya perubahan di era globalisasi yang menuntut perubahan untuk menyesuaikan zaman. Namun muncul juga penyimpangan yang mana terjadi dalam menyikapi para pemimpin atau pengusaha muslim, hal ini merupakan runtuhnya persatuan dalam sebuah negri yang ada padanya. Nabipun menutup celaan tersebut dengan sabdanya: “nantu aka nada pengusaha-pengusaha sepeninggalKu yang tidak menuruti petunjukku Dan tidak melaksanakan sunnahku. Di tengah-tengah mereka ada hatinya yang berhati syetan yang dalam bentuk manusia.

Setiap manusia tidak akan lepas dari kesalahan namun keterkaitan dengan ketaatan kepada penguuasa muslim tidaklah dapat di campur adukkan kita hanya mentaati hal-hal yang ma’ruf. Dan kita mengamalkan apa yang telah di tunjukkan oleh nash mengenai perbuatan tesebut dalam rangka mengikuti apa yang di perintahkan allah Dan rasulnya. Kita tidak melakukan perintah kemaksiatan, namun tidak berarti kita membangkang atau memberontak kepada menguasa tersebut sebagaimana nabi bersabda : “barang siapa yang melihat sesuatu yang dia benci dari amirnya maka hendaklah ia bersabar. Sesungguhnya barangsiapapun yang memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin meski hanya sejangkal, maka ia akan mati bagaikan kematian orang jahiliyyah” (HR. Bukhari)
Sebagaimana yang telah kita krtahui seorang penguasa adalah manusia biasa. Dia memiliki potensi melakukan kesalahan Dan kebenaran. Munculnya kesalahan tidak membolehkan memberontak, mencaci, menghina kehormatannya Dan tidak boleh menumbuhkan hati masyarakat menjadi anti pati padanya. Yang harus di kerjakan adalah menasehatinya Dan menjelaskan kesalahannya mikanisme yang di benerkan syarat Dan mempertimbangkan situasi serta kondisi.
Tentang nasehat kepada enguasa di tempuh dengan cara yang dapat memberikan mashlahat bukan yang mendatangkan kerusakan yang mana tidak dilakauakan di atas podium. Podium tersebut di sampaikan dengan cara yang tidak membuat emosi masyarakat. Rosulullah bersabda: ada tiga hal yang membuat hati seorang muslim tidak dirasuki dengki saat melakukanny yaitu: ikhlas beramal untuk llah, menasehati waliyul amr, Dan konsisten bersama jemaah(HR. abu daud, tirmidi Dan ahmat di shohihkan leh al-bani) orang yang benar-benar menasehati penguasa karena allh ia hany menginginkan perbaikan semata bukan bermaksut menunjukn jasa atau dikatakan seorang yang kuat, yang berani berbicara tentang enguasa. Hal ini sangatlah jauh dari cara yang di tempuh oleh kaum salaf tedahulu. Yang mana seorang berkata kepada asamah bin zaid: tidaklah engkau menginginkan ustman bin affan? Usamah menjawab : “ Aku mengingkarinya, aku mengingkarinya saat berdua. Aku tidak ingin membuka pintu fitnh (persoalan yang menimpa umat) bagi orang-orang (HR Ahmad.).
Dalam pandanganpara sahabat , sudah menjadisebuah ketetapan bahwa menasehati penguasa di muka umum akan membuka pintu fitnah, oleh karenanya Usamah bin Zaid memegang prinsip yang agung ini. Pendapat ini sesuai dengan hadist Nabi : “ Barangsiapa yang ingin menasehati Sulthon dengan suatu masalah , janganlah menampilkan padanya secara terangterangan, tetapi hendaklah ia menggandong tangannya dan untuk berduaan dengannya.Apabila ia menerima maka itulah yang diharapkan. Jika tidak,berartiia telah melaksanakan keajibannya” (HR. Tirmidzi).
Merupakan sebuah konsekuensi yang harus dilalui, sebagaimana dakwah Nabi Ibrohim kepada Jalut,Nabi Musa kepada Firaun, yang keduanya berbicara langsing dihadapannya tanpa membuat ftnah –fitnah sebelumnya. Berbeda pada zaman sekarang yang setiap orang bebas berpendapat disetiap permasalahan penguasa, masing-masing angkat bicara,membuata kerusaka dijalan-jalan dan setiap tokoh mengirim kelompoknya memanas-manasi masyarakat sehingga masyarakat menjadi antusias sehingga menjadi negriyang tidak aman,. Tokoh- tokoh mereka bersembunyi dibalik batu sedang kelompoknya baku hantam menghadapikematian, tidak lain hanyalah seorang pengikut. Sedangkan yang para Rosul menghadapi penguasanya sendiri secara langsung tanpa melibatkan umatnya.
Demikianlah seharusnya sikap seorang Mukmin menikapi terhadap penguasanya. Disinyalir atau tidak merupakan sebuah kewajiban menaati penguasa Muslim yang ada di negara kita dalam perkara yang ma’ruf dan tidak menaatinya dalam perkara maksiat. Menolak dengan berontak adalh tindakan yang menyimpang daridari tuntutan syariat. Meskipun terjadi tindak kesewenangan terhadap rakyat sebagai man yang rosulullah perintahkan kepada Hudzaifah jika menjumoainya beliau bersabda: “Dengar dan taatilah penguasa meskipun punggungmu dipukul dan hatamu dan hartamu di rampas”. (HR.Muslim /1481).
*Mahasiswa Semester II
Asal Sumenep Madura




Artikel Terkait



0 komentar:

Ensiklopedi © 2010 Template by:
Teroris Cinta Dot Com